![](https://old-library.unhas.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Berita-Web-4-300x200.jpg)
Sejumlah pustakawan Universitas hasanuddin ikut menghadiri TEMU WICARA (talk-show) Ikatan pustakawan Indonesia (IPI) Pengurus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada hari terakhir Pekan Perpustakaan dan Wisata Baca Sulsel tahun 2018. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan pada Sabtu, 28 Juli 2018 dengan menghadirkan tiga orang pembicara diantaranya Dr. Tuti Bahfiarti,M.Si. Dosen Ilmu Komunikasi Unhas; Dr. Quraisy Mathar, M.Si., akademisi dan kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar serta Tulus Wulan Juni, pustakawan pada Dinas Perpustakaan Kota Makassar peraih silver award pada kompetisi pustakawan berprestasi tingkat ASEAN tahun 2015.
Acara ini mengangkat tema: “REFLEKSI 45 tahun Ikatan Pustakawan Indonesia: Capaian dan Tantangannya”
Pada pidato pembukaan Nilma, sebagai ketua pengurus daerah IPI provinsi Sulsel mengatakan bahwa tantangan yang kita hadapi dimasa yang akan datang (era milenial) lebih berat lagi, namun hal tersebut akan bisa kita lalui degan baik jika kita sanggup menjalin ikatan kemitraan dan kerjasama satu sama lain. Yang kuat membantu yang lemah, yang berlebih membantu yang kurang dan yang tahu mengajari yang belum tahu.” Ujarnya.
Pada sesi awal talk-show, Sabri Ali moderator acara ini mempersilahkan Turi Bahfiarti untuk memberikan pandangannya seputar kontribusi IPI dalam dunia kepustakawanan Indonesia. Ia menceritakan pengalamannya semasa kuliah di Universitas Hasanuddin dulu. Sering kali ia menyempatkan untuk masuk ke Perpustakaan mencari referensi yang berkaitan tugas-tugas akademik yang dibebankan oleh dosennya. Dari sana ia kemudian menjalin keakraban dengan beberapa rekan pustakawan yang bertugas dalam layanan. Ia pun menambahkan komentarnya bahwa di era teknologi cyber 4.0 pustakawan mau tidak mau, siap atau tidak siap mereka harus mampu mengakrabkan diri dengan teknologi informasi yang berkembang pesat. Jika tidak ia akan ketinggalan dan ditinggalkan oleh pemustakanya.
Berbeda dengan Tuti, Quraisy Mathar, malah berpendapat kontra produktif bahwa diusianya yang tidak terbilan muda ini IPI malah menunjukkan penurunan kualitas, kropos bahkan boleh jadi 5 tahun kedepan organisasi ini bakal bubar ditelan zaman. Terbukti bahwa ia belum pernah mendengar IPI dilibatkan dalam penyusunan kurikulum program studi ilmu perpustakaan di perguruan tinggi, ujarnya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa……